subhan.esde@yahoo.com

Jangan Suka Mempersulit

Nabi Muhammad mengutus Abu Musa Al-Asy’ari dan Mu’adz bin Jabal untuk menjadi pemimpin di daerah Yaman. Masing-masing sebagai pemimpin (eksekutif) dan hakim (yudikatif). Sebagai pedoman dalam memimpin dan melayani masyarakat setempat, tentu saja nabi memberi acuan untuk dijadikan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis). Petunjuk nabi ternyata sederhana saja tetapi amat sarat makna. Kepada mereka sebagai bekal untuk mengemban amanah di Yaman, nabi berpesan begini, “Mudahkanlah dan jangan mempersulit. Gembirakanlah dan janganlah kamu menyusahkan, dan berseia-sekatalah kamu” (Yassira wa la tu’assira, wa basysyira wa la tunaffira, wa tathawa’a)!” Secara teks, pesan tersebut terasa simpel, tetapi dalam pelaksanaannya tidaklah gampang. Justru dalam sekali.

Nabi memang “pembawa kabar gembira”. “Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan” (QS. Al-Furqan: 56). Dengan demikian, Islam akan lebih memperlihatkan wajah bahagia, damai, kasih sayang, lemah-lembut, tolong menolong; jauh dari watak-watak angker, menakutkan, keras, teror, kejam. Betapa pentingnya cara memimpin, cara berkomunikasi, cara melayani terlihat sangat diutamakan oleh nabi, bahkan melampaui urusan teknis pemerintahan lainnya. Wasiat nabi ini sewajibnya menjadi titik balik buat mereka yang menganut pandangan “kalau bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah” atau “kalau bisa dibikin lama, kenapa harus dipercepat”.

Nabi bersabda; “Sesungguhnya agama (Islam) itu ringan. Barangsiapa memperberat-berat, maka dia akan dikalahkan oleh agama. Oleh karena itu kerjakanlah (agama itu) menurut mestinya, atau mendekati mestinya, dan gembiralah (karena beroleh pahala), serta beribadatlah (mohonlah pertolongan Allah) pada waktu pagi, petang, dan sebagian malam”. Kalimat “dikalahkan oleh agama”, dalam Shahih Bukhari yang diterjemahkan oleh Zainuddin Hamidy dkk (1992), diumpamakan seseorang yang terus-menerus shalat saja tentu badannya akan menjadi lemah dan tidak akan dapat mencari nafkah hidupnya.

Contoh lain, apabila menjadi imam shalat maka janganlah kita memanjangkan shalat apabila hal itu dirasa berat oleh ma’mum, karena di antara mereka mungkin ada yang kurang sehat, lemah, dan ada yang sedang memiliki persoalan atau keperluan berat. Nabi bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu mengimami orang, maka ringankan shalatnya, karena di antara mereka ada anak kecil, orang tua, yang lemah dan sakit. Apabila ia shalat sendirian, maka ia bisa melakukannya sekehendaknya”. Suatu waktu nabi hendak memanjangkan bacaan surat saat shalat. Tetapi, “Ketika mendengar tangisan bayi, saya mempercepat shalat saya, karena saya mengetahui betapa gundah hati ibunya karena tangisan bayinya”.

Betapa indahnya kultur Islam yang diajarkan nabi: jangan mempersulit orang lain, buatlah gembira bukan menakut-nakuti, dan bersepakat untuk bersatu bukan berselisih. Karena, mempersulit, menebar ketakutan, dan perselisihan itu sangat korosif, sehingga kekuatan solid sekalipun akan menjadi lemah. (M Subhan SD)

Ngabuburit Senja, 8 Ramadhan 1442H/20 April 2021

1 thought on “Jangan Suka Mempersulit”

  1. Try harijono says:

    Indah sekali Kang. Nuhun Kang

Comments are closed.