subhan.esde@yahoo.com

Berenang di danau Terdalam di Sulawesi

Spot berenang (Foto: Subhan SD)

Pada suatu pagi yang cerah, permukaan air Danau Matano di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, terlihat tenang. Nyaris tanpa riak gelombang, kecuali yang ditimbulkan akibat gerakan perahu katinting. Ketenangan itu seperti undangan untuk terjun ke air danau yang berada di kawasan Pegunungan Verbeek tersebut.


Butir-butir embun pagi masih menempel di dedaunan. Bukit-bukit di Pegunungan Verbeek yang mengitari danau masih berselimut kabut. Matahari belum muncul, sementara awan terus berarakan. Biru langit, pantulan permukaan air danau, dan hijaunya pepohonan seperti memperkuat aksentuasi asyiknya pemandangan di sekeliling danau tektonik itu.

Meski suasana dingin, hal itu tak menghalangi sejumlah warga untuk menyeburkan diri ke danau. Apalagi air danau tampak jernih. Bahkan, pada kedalaman sekitar lima meter masih terlihat dasar danau. Memang yang paling pas, berenang di sekitar pukul 07.00 hingga pukul 10.00. Pada waktu sekitar ini lingkungan itu biasanya masih terasa teduh sehingga berenang tidak akan diganggu terik matahari. Atau, bisa juga pada sore hari. Janganlah berenang pada siang hari, terutama saat matahari bersinar terik, karena tubuh akan terasa terpanggang.

“Saya sering berenang di danau. Di sini kan tidak ada kolam renang, ya danau inilah kolam renangnya,” kelakar Fandi, anak remaja yang tinggal di Soroako, kota yang terletak di bibir danau. “Hampir setiap minggu saya berenang di sini. Airnya jernih dan dingin, mengasyikkan,” kata Akram, konsultan yang bekerja untuk PT Inco.

Alat transportasi (Foto: Subhan SD)

Bahkan, beberapa keluarga asyik mengajari anak-anak mereka, termasuk anak balita, berenang di sana. Hanya dengan bantuan ban sewaan agar tetap mengambang, para orangtua membimbing anak-anak mereka untuk bisa berenang dan bermain-main di air bening. “Kami tak perlu lagi kolam renang, di danau inilah kami mengajari anak-anak berenang,” kata seorang ayah yang juga tinggal di Soroako. Bagi warga Soroako, Danau Matano seluas 16.408 hektar ibarat kolam renang yang begitu luas.

Namun, ternyata bukan warga Soroako saja yang kerap berenang di danau itu. Warga dari sejumlah kota di Sulawesi Selatan juga berdatangan ingin mencoba air danau jenis tektonik itu. Ada yang dari Malili (ibu kota Luwu Timur, jaraknya kira-kira 60 kilometer dari lokasi itu), Palopo (170 km), ada juga dari Makassar (604 km).

Pantai

Ada pula sejumlah “pantai” yang cukup asyik untuk dijadikan tempat berenang. Sebaiknya datang ke Pantai Ide di Pontada atau Pantai Kupu-kupu di Salonsa. Kedua pantai itu masuk dalam kawasan permukiman karyawan PT Inco, perusahaantambang nikel yang beroperasi di kawasan tersebut. Jarak antarkedua pantai itu pun tak jauh, bahkan bisa dicapai dengan berjalan kaki. Dari Kota Soroako, kedua pantai tersebut berjarak 2-3 kilometer saja.

Pantai Kupu-kupu lebih banyak direnangi karyawan PT Inco, terutama pekerja asing (ekspatriat). Sejak pagi saat matahari masih enggan keluar, mereka telah merendam tubuh di air yang dingin itu. Yang terlihat hanya kepala-kepala mereka di permukaan air.
Selain itu, tersedia pula perahu yang bisa mengantar berkeliling ke tengah danau. Rimbunnya pepohonan di pantai tersebut menambah kesejukan tepi danau.

Karena yang berenang tidak banyak dan agak terbatas, pantai itu terlihat agak sepi. Kalau tidak mau merasa sendirian, bisa berenang di Pantai Ide. Pantai ini lebih terbuka untuk umum. Selain itu, posisinya lebih memudahkan kita untuk menyebur ke danau. Sebab, di pantai itu ada dermaga selebar satu meter yang menjorok ke tengah danau sejauh 100 meter.

Danau terdalam di Sulwesi (Foto: Subhan SD)

Dermaga tersebut juga mempunyai beberapa cabang sehingga menjadi banyak alternatif bagi siapa saja yang hendak berenang. Berdiri di ujung terjauh dermaga, masih terlihat dasar danau sedalam 5-6 meter. Sesekali terlihat ikan hias berenang, cangkang kerang atau keong, termasuk yang sudah mati. Di danau itu memang ada sejumlah spesies endemik.

Berenang di dua pantai itu tak perlu repot-repot merogoh saku. Tidak ada penarikan retribusi. “Semuanya gratis. Siapa saja boleh berenang. Tetapi pengunjung harus mematuhi peraturan,” kata seorang anggota satuan pengamanan. Peraturan itu misalnya tidak boleh memarkir kendaraan di dekat pantai. Sebab, areal parkir telah disediakan secara khusus, beberapa ratus meter dari bibir danau. “Silakan parkir di tempat parkir, Bapak bisa berjalan kaki ke pantai,” katanya.

Jika lelah berenang, bisa juga menyewa perahu di Soroako. Dengan menyewa perahu jenis katinting, Anda bisa mengunjungi sejumlah lokasi, semisal mata air di Desa Matano yang diyakini sebagai sumber air bagi danau tersebut. Perjalanan dari dermaga Soroako ditempuh sekitar satu jam perjalanan. Bisa juga berkeliling danau, yang memakan waktu sekitar lima jam. Tarif sewa perahu Rp 250.000-Rp 300.000. “Terserah penyewa mau pergi ke mana, saya akan membawa ke mana yang diinginkan,” kata Arman, salah seorang pemilik perahu sewaan.

Kalau hanya untuk menyeberang ke Nuha, ibu kota kecamatan, ada transportasi khusus yang melayani Soroako-Nuha. Ongkos perjalanan sekitar 30 menit itu Rp 25.000 per orang. Perahu kecil tersebut juga bisa mengangkut sepeda motor dengan tarif angkut Rp 60.000 per unit, termasuk pemiliknya. Bahkan, lanjut Arman, ada juga kapal yang bisa menyeberangkan mobil. Namun, ongkosnya lebih mahal, yaitu sekitar Rp 300.000.

Di kawasan mata air Matano terdapat pula batu berbentuk bulan sabit yang menjadi legenda. Batu itu tak bisa diangkat walaupun secara beramai-ramai. Konon, suatu ketika pernah belasan orang Belanda berupaya mengangkat batu itu, tetapi gagal.

Selebihnya misteri danau itu tak banyak terungkap. Tidak seperti Danau Poso yang berada di sebelah barat lautnya di wilayah Sulawesi Tengah, yang memiliki kisah legenda Mata Danau, yaitu semacam monster Nessie di Danau Lockness, Skotlandia. “Sampai saat ini aman-aman saja. Saya belum pernah mendengar mengenai cerita misteri. Yang penting kan tidak boleh sombong. Kalaupun ada yang jadi korban, itu karena tenggelam. Ya, mungkin tak bisa berenang,” kata seorang warga.

Namun, siapa yang bisa menduga kehidupan di kedalaman danau itu. Bayangkan saja kedalamannya mencapai 595 meter. Di Indonesia, Matano merupakan danau terdalam ketiga. Untuk dunia, Matano termasuk danau terdalam ketujuh. Danau Matano adalah salah satu dari tiga danau yang jaraknya berdekatan di kawasan Pegunungan Verbeek. Dua lainnya adalah Mahalona (terkecil) dan Towuti (terluas).

Sumber penghidupan

Bagi masyarakat setempat, Danau Matano menjadi sumber penghidupan. Danau sudah pasti menjadi sumber air, sumber makanan, sumber mata pencaharian, irigasi, perikanan, pembangkit listrik, dan tempat rekreasi. Danau Matano bahkanjuga amat vital untuk menunjang kegiatan industri PT Inco yang beroperasi di kawasan itu. Sulawesi sendiri dipercaya bermakna “pulau besi”, dan material itu paling banyak dikandung di kawasan Matano.

Sejumlah pihak menyebutkan, air danau tak lepas dari dampak proses penambangan. Disebutkan bahwa kandungan logamnya cukup tinggi, seperti kandungan kromium, besi, mangan, dan nikel dalam bentuk endapan, yang dinilai melampaui ambang batas toleransi.

Namun, Kepala Bagian Lingkungan PT Inco Deky Teteradiono dengan tegas membantah hal itu. Mengutip penelitian beberapa pihak perguruan tinggi, Deky menegaskan, air danau aman dikonsumsi. “Air minum PT Inco saja diambil dari air Danau Matano. Kalau tidak baik kualitasnya, mengapa kami (karyawan dan perusahaan) dan keluarga meminum air itu?” katanya.

Kompas, Jumat, 21 April 2006