subhan.esde@yahoo.com

Kurashiki, Tempat Tradisi Kuno dan Modern Dirawat

Kanal bersih jadi obyek wisata. (Foto: Subhan SD)

Jika ingin melihat percampuran kultur Jepang dan Barat atau percampuran tradisi kuno dan modern, barangkali Kurashiki menjadi tempat yang paling pas. Kurashiki Bikan adalah wilayah bersejarah dan bergaya retro-modern yang terletak di Prefektur Okayama, Jepang. Memang cukup unik. Memiliki tradisi kuno, tetapi sekaligus dilengkapi teknologi seni dan fasilitas modern yang canggih. Di daerah itulah budaya kuno dan industri modern beririsan.

Pada akhir Mei lalu, saya bersama rombongan tiba di sebuah ”terminal” atau tepatnya lokasi parkir di Kurashiki. Lokasinya tidak luas, tetapi sangat bersih. Tenang dan tidak ada keruwetan. Dari situ kami berjalan beberapa ratus meter menuju lokasi bersejarah.
Saat berjalan kaki itu, terlebih juga saat dalam perjalanan dari Hiroshima-Okayama, pemandu kami, Yoshino-san, begitu bersemangat menjelaskan kekhasan Kurashiki.

Para turis. (Foto: Subhan SD)

Ternyata, begitu tiba di kawasan Bikan, memang lingkungan kawasan itu khas banget. Ada kanal yang airnya bersih dan terlihat perahu berkeliling membawa para turis. Suasananya masih asli dan tenang. ”Menarik!” ucap seorang teman seperjalanan.
Kurashiki memang memiliki sejarah panjang. Akan tetapi, kota modern Kurashiki baru ditetapkan pada 1928. Di masa-masa silam, daerah itu menjadi rebutan antara klan Taira dan Minamoto selama periode Heian (794-1185). Pada periode Edo (1603-1868), Kurashiki langsung dikontrol oleh Shogun.

Secara bertahap, Kurashiki kemudian berkembang menjadi bandar sungai. Semua barang-barang produk lokal dari daerah Bitchu dikumpulkan di Kurashiki. Distribusi barang-barang tersebut melalui sungai menggunakan perahu-perahu pengangkut. Pola perdagangan dengan perahu itu membuat penduduk setempat menjadi makmur dan kota pun berkembang pesat.

Gudang di tepi sungai

Maka, di sepanjang sungai atau kanal banyak berjajar rumah-rumah berdinding putih dan gudang-gudang milik para pedagang. Gudang berdinding putih dan lantai ubin hitam menjadi tempat penyimpanan barang sejak abad ke-17. Bangunan-bangunan tersebut terkait erat dengan mata pencarian masyarakat setempat sejak lama.
Kini pengunjung bisa bernostalgia menikmati pemandangan gudang-gudang berdinding putih dengan jalan-jalan batu beraspal. Anda dapat menemukan bangunan tradisional yang menarik dan penuh warna lokal. Di jalanan, ada gerobak tua yang menjadi moda transportasi di masa lalu.

Toko suvenir. (Foto: Subhan SD)

Di daerah bersejarah Bikan itu, perahu-perahu selalu menyisir sungai sehingga pengunjung dapat menikmati pemandangan sambil naik perahu. Dan, pada malam hari, ketika hari beranjak gelap, jalan-jalan ditingkahi oleh pencahayaan lampu-lampu yang membuat suasana malam menjadi menyenangkan.

Renovasi

Meskipun aura masa silam terasa kental, kondisinya memang sudah mengalami renovasi. Sebab, daerah itu telah tumbuh menjadi salah satu tempat wisata terbesar di Okayama, yang merupakan kota budaya yang unik di Jepang. Tak ayal lagi, gudang-gudang tua itu disulap menjadi galeri-galeri, kedai kopi, dan toko-toko suvenir. Bahkan, di Kurashiki terdapat Museum Seni Ohara yang didirikan pada 1930 oleh pengusaha setempat, Magosaburō Ohara (1880-1943). Koleksi museum pun atas saran pelukis Jepang, Kojima Torajirō (1881-1929), dan artis Perancis, Edmond Aman-Jean (1858-1936). Kemudian, Kojima Torajirō Memorial Hall pun dibuka di the Ivory Square.

Berkimono (Foto: Subhan SD)

Dalam museum yang memajang karya-karya seni Barat yang pertama di Jepang itu terdapat koleksi lukisan karya El Greco, Monet, Matisse, Gauguin, dan Renoir. Koleksi umumnya dari karya seni abad ke-19 sampai abad ke-20.

Namun, juga ada dari zaman renaisans abad ke-17, terutama pelukis-pelukis Italia. Koleksi museum itu juga menampilkan seni kontemporer Asia terutama dari Jepang sendiri, seperti Fujishima Takeji, Aoki Shigeru, Kishida Ryūsei, dan Koide Tarushige. Bangunan utama museum pun dirancang dalam gaya neoklasik. Dan, di Kurashiki Bikan-lah tradisi kuno dari masa lalu tetap dirawat hingga bercampur dengan produk modern saat ini.

Kompas.web, Kamis 16 Juli 2015, CATATAN DARI JEPANG