Hari Raya

Setiap peradaban (dan agama) punya hari raya. Hari raya adalah momen ketika semua orang bergembira meluapkan suka cita. Zaman pra-Islam, peradaban jahiliyah Quraisy (Arab) selalu merayakan hari raya dengan berpesta-pora. Mereka menari, beradu ketangkasan, maka-minum hingga mabuk. Ada dua hari raya yang selalu disambut antusias: Nairuz dan Maharjan. Nairuz adalah hari pertama tahun baru Syamsiyah, sedangkan Mahrajan adalah hari raya yang diperingati enam bulan kemudian. Dua hari raya tersebut sebetulnya diadopsi dari peradaban Persia kuno yang menganut agama Majusi atau Zoroaster. Wilayah Persia yang luas dan merupakan imperium besar, dua hari raya tersebut juga terdapat di wilayah lain seperti di Mesir walaupun berpadu dengan  tradisi setempat. Di Mekkah dan Madinah, penduduk setempat juga merayakan dua hari raya tersebut.

Continue reading “Hari Raya”

Hijrah Pertama

Pada masa awal dakwah Nabi Muhammad, Muslim yang sedikit jumlahnya mengalami ancaman, teror, penindasan, penganiayaan, dan pembunuhan. Kaum Muslim pun sembunyi-sembunyi, tak berani menampakkan diri. Demi keselamatan, nabi lalu memerintahkan mereka pergi ke Habasyah atau Abesinia (sekarang Ethiopia dan Eritrea). Negeri ini dikuasai kekaisaran Aksoum, penganut Nasrani (Kristen). Rajanya bergelar Najasyi. Dalam literatur Barat disebut Negus. Kemungkinan raja Ashama bin Abjar (614-631). Inilah yang dikenal hijrah pertama dalam Islam, sebelum hijrah ke Madinah. Hijrah pertama itu terjadi dua kali gelombang, sekitar tahun 613 atau 615.

Continue reading “Hijrah Pertama”

Mudik dan Prokes

Menghadapi pandemi, Nabi Muhammad sudah menetapkan protokol kesehatan (prokes). Apabila di suatu daerah dilanda wabah penyakit, janganlah pergi keluar daerah itu.  Sebaliknya bila mendengar di daerah lain sedang dilanda wabah penyakit, janganlah pergi ke daerah itu. Prokes itulah yang ditaati Khalifah Umar bin Khattab (periode 634-644). Ketika dalam perjalanan menuju negeri Syam, Umar diberi kabar dari pemimpin Syam, Abu Ubaidah bin Jarrah, bahwa di Syam sedang dilanda wabah thaun amwas. Wabah itu menyerang negeri Syam sekitar tahun 638-639 atau tahun 17-18 H. Umar berdiskusi dengan para pemimpin rombongan yang mengikutinya. Abdurrahman bin Auf menyampaikan tentang prokes yang digariskan nabi itu. Umar langsung menaati prokes itu. Ia memerintahkan rombongannya untuk kembali ke Madinah, membatalkan kepergian ke Syam.

Continue reading “Mudik dan Prokes”

Cara Allah Memberi Hiburan

Sekitar tahun 619 atau 620, Nabi Muhammad melakukan perjalanan luar biasa. Nabi menembus langit bertemu Allah. Itulah perjalanan jasmani dan ruhani sekaligus. Disebut isra mikraj. Isra adalah perjalanan nabi dari Masjidil Haram di Mekkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem. Menaiki “kendaraan ultrasonik” bernama buraq, Jarak Mekkah-Yerusalem sekitar 1.238 kilometer itu ditempuh hanya beberapa saat. Buraq, menurut gambaran nabi, “..seekor hewan yang lebih rendah daripada bighal tetapi lebih tinggi dari keledai, hewan tersebut berbulu putih dan dikenal nama Buraq. Hanya dengan sekali langka buraq dapat sampai ke tempat sejauh mata memandang..” (HR  Bukhari-Muslim). Bighal atau bagal adalah persilangan antara kuda dan keledai.

Continue reading “Cara Allah Memberi Hiburan”

Manusia Termulia

Tatkala Nabi Muhammad wafat, banyak yang tak percaya. Nabi adalah manusia termulia, utusan Allah, pembawa wahyu untuk seluruh umat manusia. Umar bin Khattab pun tak percaya. Ia menduga nabi sedang pingsan. Umar sampai berbicara keluar masjid yang didengar banyak orang. Semua gundah. Semua pilu. Semua kebingungan. Mereka hidup bersama nabi, menyaksikan kehidupannya, mendengar tutur katanya yang lembut, menyaksikan kesantuan perilakunya. Para wanita memukul-mukul muka sendiri. Di luar Umar terus berbicara di depan banyak orang bahwa nabi hanya pergi kepada Tuhan seperti Nabi Musa yang menghilang dari tengah-tengah umatnya selama 40 hari.

Continue reading “Manusia Termulia”

Panutan dan Kepatuhan

Khalid bin Walid (592-642) adalah panglima perang. Ia jenderal di lapangan pertempuran. Sebagai komandan militer, namanya menggetarkan lawan-lawannya. Dia adalah otak di balik kemenangan pasukannya mengalahkan pasukan Muslim dalam Perang Uhud tahun 625. Kala itu Khalid masih berada di barisan pasukan kafir Quraisy. Setelah memeluk Islam, ia menjadi pembela terdepan. Sampai Nabi Muhammad memberi julukan “Syaifullah” (pedang Allah). Ia pun menjadi komandan perang di barisan Muslim yang memenangi berbagai pertempuran. Tugasnya di medan pertempuran terus berlanjut. Sewaktu Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah periode 632-634, Khalid termasuk komandan (dari 11 komandan pasukan) yang dikirim untuk memerangi pemberontakan kaum kafir dan mereka yang murtad, serta munculnya nabi-nabi palsu.

Continue reading “Panutan dan Kepatuhan”

Piramid, Tempat Melihat Tuhan?

Piramid adalah ikon Mesir. Bangunan berbentuk limas ini sangat fenomenal. Piramid dikenal makam raja-raja kuno dan tempat ibadah. Juga tempat penyimpanan barang-barang berharga. Sebagai benda sejarah, barang-barang yang ada di piramid banyak dijarah bahkan sejak masa kuno juga. Apakah piramid cuma sebagai makam para fir’aun? Peter Der Manuelian, egyptolog dan Direktur Arsip Giza di Museum Seni Rupa Boston (2004-2011) menjelaskan bahwa banyak orang menganggap piramid hanyalah kuburan, padahal sebetulnya piramid juga bicara soal kehidupan. Di piramid tampak penggambaran orang bekerja di ladang, merawat ternak, pertukangan, pembuat pakaian, ritual keagamaan, dan proses pemakaman. Dengan begitu, piramid juga termakna bagaimana orang-orang Mesir kuno menata kehidupan.

Continue reading “Piramid, Tempat Melihat Tuhan?”

Wahyu

Tanggal 17 Ramadhan diperingati sebagai turunnya wahyu (Nuzulul Quran) saat Nabi Muhammad bertafakur, merenung, mengasingkan diri di gua Hira, sekitar 4 kilometer dari pusat kota Mekkah. Nabi sering menyendiri ke gua Hira setelah mendapatkan tanda-tanda wahyu lewat mimpi baik.  Pengasingan diri atau khalwat atau tahannuth adalah latihan-latihan spiritual penuh disiplin,  yang juga sudah ada dalam tradisi-tradisi religius lainnya (Armstrong, 2001). Nabi kembali ke rumah ketika bekal habis. Setelah mengambil perbekalan yang disiapkan Khadijah, sang istri, lalu nabi balik lagi ke gua Hira.

Continue reading “Wahyu”

Nabi Syu’aib dan Orang-orang Curang

Bangsa Madyan tinggal di jalur strategis. Diperkirakan terletak di bagian paling barat Arab Saudi (sebelah barat Tabuk) dan Yordania selatan (Aqabah dan Ma’an). Jalur ini di masa silam merupakan bagian dari rute perdagangan klasik, titik persimpangan di pantai dari Laut Merah, antara Yaman dan Suriah (selatan-utara) dan antara Irak dan Mesir (timur-barat).  Mereka mengontrol rute perdagangan klasik itu. Karena itu, bangsa ini mayoritas berprofesi pedagang. Tetapi sebagai pedagang mereka bertindak curang. Setiap transaksi jual-beli, mereka mengurangi kadar takaran dan timbangan. Mereka dicap orang-orang curang (al-mutaffifin). Al-Mutaffifin adalah surat ke-83 dalam Al-Quran. “Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi” (QS. Al-Mutaffifin: 1-3).

Continue reading “Nabi Syu’aib dan Orang-orang Curang”

Maria dan Istri-istri Nabi

Ketika memperluas dakwah, Nabi Muhammad tidak hanya bersurat kepada penguasa Romawi Timur dan Persia, tetapi juga penguasa-penguasa setempat lainnya. Salah satunya penguasa Alexandria (Mesir) yang disebut Al-Muqawqis. Surat nabi kepada Al-Muqawqis dibawa oleh Hatib bin Abi Balta’a. Walaupun belum menerima ajakan nabi, tetapi Al-Muqawqis bersikap baik. Ia membalas surat nabi disertai pemberian hadiah yang banyak. Ada barang-barang berharga, keledai, kuda, dan unta bagus bernama Duldul. Bahkan Al-Muqawqis menghadiahkan hamba sahaya (budak), yaitu dua perempuan bersaudara bernama Maria dan Sirin. Maria Al-Qibthiyah atau Maryam (Al-Qibhtiyah merujuk pada Qibthi atau Mesir) yang semula penganut Kristen Koptik pun dimerdekakan dan dinikahi oleh Rasulullah. Sedangkan Sirin dihadiahkan kepada Hassan bin Tsabit.

Continue reading “Maria dan Istri-istri Nabi”