Berhentilah Membenci!

Oleh M Subhan SD

Sesuai konstitusi, Pemilihan Presiden 2024 digelar dua tahun lagi. Berarti kita mesti bersiap menghadapi suhu politik memanas kembali, meski sejak Pilpres 2014 narasi politik juga belum beranjak dari kekenesan dan kesinisan. Media sosial, kolom komentar di berita-berita daring, hingga saling lapor ke polisi, memperlihatkan ekspresi permusuhan.

Diksi negatif seperti bodoh, dungu, cebong, kampret, kadrun, jin buang anak, genderuwo, setan terpampang jelas di gawai, internet, dan media massa. Tak risih lagi mempertontonkan sikap reaktif, emosional, atau sumbu pendek.

Alhasil, ruang demokrasi minim perdebatan konstruktif. Kritik bukan pada isu substansial, melainkan menyasar gosip personal. Residu kontestasi, baik pilpres maupun pilkada, tampaknya telah mengikis pilar-pilar demokrasi. Setelah dua dasawarsa praktik demokrasi elektoral, negeri kita baru berada di kategori demokrasi cacat (flawed democracy) atau negara setengah bebas (partly free).

Continue reading “Berhentilah Membenci!”

Yerusalem, Umar, dan Agama yang Damai

Yerusalem adalah kota di mana konflik begitu abadi: perang, pembantaian, penumpasan, penghancuran, pertumpahan darah. Setiap penaklukan melahirkan tragedi. Dalam 4.000 tahun terakhir, Yerusalem luluh-lantak dihancurkan seluruhnya setidaknya dua kali, dikepung 23 kali, diserang 52 kali, ditaklukkan dan direbut kembali sebanyak 44 kali, lalu ditaklukkan secara secara damai dua kali (Cline, 2004). Salah satu penaklukan damai terjadi tahun 638 (tahun 16 H) ketika pasukan Muslim mengepung kota itu dipimpin para komandan antara lain Abu Ubaidah bin Jarrah (583-639), Amr bin Ash (585-664), Khalid bin Walid (592-642). Orang Arab menyebut Yerusalem sebagai Illiya, merujuk Aelia Capitolina, nama yang diberikan Kaisar Romawi Hadrian (berkuasa 117-138) tahun 135 yang membangun kembali kota sesudah dihancurkan pasukan Romawi zaman Titus tahun 70.

Continue reading “Yerusalem, Umar, dan Agama yang Damai”

Epistemokrasi

Lebaran yang berdekatan dengan Pemilu 2019 bukan sebuah koinsiden waktu semata. Perputaran waktu adalah regularitas yang memiliki makna dalam setiap momennya. Lebaran atau Idul Fitri 1440 H pada Rabu-Kamis (5-6/6), yang didahului dengan puasa Ramadhan, ibarat periode spiritualisme yang membersihkan kerak-kerak noda materialisme yang penuh nafsu busuk, serakah, arogan. Pemilu 2019 tak ubahnya tontonan watak manusia (zoon politicon) yang ambisius. Tanpa fondasi nilai-nilai moral, pentas politik hanya pelampiasan tabiat kerakusan, yang oleh Machiavelli (1469-1527) digambarkan seperti singa (lion), sekaligus licik penuh tipu daya mirip rubah (fox).

Continue reading “Epistemokrasi”

“Kitorang” Hanya Ambil “Dorang” Punya Sampah…

Kawasan Banti di Tembagapura menjadi salah satu titik bagi para pendulang emas liar. Para pendulang yang umumnya suku Amungme itu mengais emas dari sisa-sisa pertambangan di limbah tailing Freeport. (Foto: Subhan SD)

Kesunyian jalan menuju areal pengolahan konsentrat tambang PT Freeport Indonesia di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, kembali terusik awal Oktober lalu. Ratusan pendulang liar “marah” dan menyerbu pabrik konsentrat di Mil 74 karena merasa “diingkari” PT Freeport Indonesia.

Continue reading ““Kitorang” Hanya Ambil “Dorang” Punya Sampah…”

Konflik Polmas-Mamasa: Masyarakat Ingin Pemerintah Mau Mendengar

MAMASA dan Polmas (Polewali-Mamasa) di Sulawesi Selatan ibarat anak dan ibu kandung. Sampai dua tahun silam, Mamasa adalah sebuah wilayah kecamatan di Kabupaten Polmas. Namun, begitu ada pemekaran di era otonomi daerah, Mamasa menjadi kabupaten otonom. Dengan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2002, Mamasa menjadi wilayah “merdeka”.

Continue reading “Konflik Polmas-Mamasa: Masyarakat Ingin Pemerintah Mau Mendengar”

Pilkada Jatim: Menelisik Anatomi Persinggungan Antarcalon

Pernyataan “siap menang dan siap kalah” yang diikrarkan lima pasangan calon yang akan bertarung dalam Pemilihan Kepala Daerah Jawa Timur 2008 menjadi catatan amat penting. Dalam kancah pilkada yang kerap memantik konflik berkepanjangan, ikrar itu semestinya tak sekadar verbalistis, tetapi harus menjadi garansi politik yang wajib diwujudkan.

Continue reading “Pilkada Jatim: Menelisik Anatomi Persinggungan Antarcalon”