subhan.esde@yahoo.com

Kekayaan Sejati

Dua sepupu: Musa dan Qarun. Sama-sama keturunan Lawi (Levi), putra Nabi Yakub. Nasab Musa bin Imran bin Qahits (Kohats), sedangkan Qarun bin Yashub bin Qahits. Julukan Qarun, al-Munawwir (yang memberi cahaya). Suaranya memang indah saat membaca kitab Taurat. Maklum keturunan Lawi diserahi tugas menjadi imam Yahudi. Konon Qarun meminta Musa mendoakannya agar diberi harta. Singkatnya Qarun menjadi orang terkaya di Mesir. Kunci-kunci tempat hartanya biasa diangkut oleh 60 keledai.    

Dengan harta berkilau, Qarun pun silau. Ia selalu pamer. Diingatkan Musa, malah arogan, “…sesungguhnya aku diberi (harta itu) semata-mata karena ilmu yang ada padaku…” (QS Al-Qashash: 78). Sebaliknya ia memfitnah Musa dengan seorang PSK. Qarun sering pamer, sehingga kaum Musa terpukau. Saat diingatkan, Qarun menantang, “Hai Musa jika engkau diberi kelebihan dariku dengan kenabian, maka aku diberi kelebihan atasmu dengan harta. Silakan doakan keburukan padaku, dan aku mendoakan keburukan untukmu”. Mereka lalu pergi bersama. “Aku berdoa duluan,” kata Qarun. Doanya ditolak Allah. “Giliranku,” kata Musa, “Ya Allah perintahkan bumi untuk taat padaku. Wahai bumi ambillah mereka.” Secara bertahap bumi membenamkan kaki, lutut, pundak, hingga lenyap bersama harta-hartanya. Makanya ada istilah harta terpendam adalah harta karun. Di Mesir kini, sekitar 80 km arah tenggara Kairo, ada Danau Qarun.    

Qarun adalah kisah kesombongan akan harta. Terkadang orang salah menafsir juga soal harta. Misal, ada orang diberi rezeki terus padahal jarang beribadah malah bermaksiat. “Tak shalat saja harta sudah banyak, apalagi kalau shalat,” kira-kira begitu pikirannya. Nah, itulah jebakan “istidraj”, diberi rezeki terus-menerus padahal itu ujian. Sebetulnya harta itu bukanlah faktor jumlah tapi rasa syukur yang ikhlas. Sabda Nabi, “Kekayaan itu bukanlah banyak harta, kekayaan sebenarnya adalah kekayaan jiwa” (HR Muslim). Jiwa yang kaya akan membuka pintu-pintu kebaikan. Cukuplah Qarun yang dibenamkan di perut bumi karena berjiwa kerdil. 

Ngabuburit Senja, 13 Ramadhan 1441/6 Mei 2020