subhan.esde@yahoo.com

Perbedaan vs Pertengkaran

Ibnu Taimiyah (1263-1328), ulama hebat asal Harran, Turki, ini seringkali berbeda pendapat dengan pihak lain. Pemikir politik “as-Siyasah asy-Syar’iyah” ini sudah biasa difitnah, sampai dipenjarakan. Bahkan “lawannya”  Ibnu Makhluf — yang ikut menjebloskannya ke penjara — mengafirkan Ibnu Taimiyah. Namun saat Ibnu Makhluf meninggal, Ibnu Taimiyah bersedih. Ibnu Qoyyim (1292-1350), murid Ibnu Taimiyah tampak berseri saat menyampaikan kabar duka itu. Kontan, sang guru menghardiknya. Ibnu Taimiyah pun takziyah ke rumah duka, sembari mengulurkan bantuan kepada istri dan anak almarhum. 

  Ibnu Taimiyah berlapang dada  menghadapi perbedaan pendapat. Tak perlu dendam hingga berkepanjangan. Meskipun dihujani fitnah bertubi-tubi hingga dijebloskan ke dalam bui, tetapi jiwa besar pemimpin pasukan Muslim saat melawan tentara Mongol (1299) itu adalah teladan sangat baik. “Sesungguhnya orang-orang beriman itu  bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan takutlah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat (QS Al-Hujurat: 10). Kita sudah berpengalaman, paling kentara pertengkaran politik yang melelahkan. Publik terbelah. Dalam politik terbelah justru para entreprenuer politik yang mengeksploitasi dan memperburuk perbedaan untuk kepentingan mereka sendiri (Carothers dan O’Donohue, 2019). Cermati saja, usai pesta, para politikus yang bertengkar itu makan bersama di satu meja yang sama dan berbagi “berkat”.

   Tinggallah publik yang terus terjebak residu polarisasi politik. Ada serangan kritik-hujat dibalas posisi defensif. Saling olok, saling tuding-tangkis, saling lapor masih saja mencari panggung. Banyak di antara kita yang lebih senang memperlebar jurang pemisah ketimbang membangun jembatan. Karena itu, menurut Rasulullah mendamaikan dua pihak bertengkar punya derajat lebih tinggi dari shalat, puasa, dan sedekah. “Karena bila dua orang bermusuhan itu sudah rusak (nalar dan perilakunya) maka dia akan memangkas (agama mereka),” sabda Rasul. Jangan-jangan kita memang bukan umat yang baik, sehingga gagal mencontoh sikap Ibnu Taimiyah yang ahli politik itu.

  Ngabuburit Senja, 12 Ramadhan 1441/3 Mei 2020