subhan.esde@yahoo.com

Menikmati Siluet Seto-Ohasi pada Suatu Senja

Jembatan Seto-Ohashi. (Foto: Subhan SD)

Meskipun menyadari mustahil mengejar matahari, sore itu, pada akhir Mei lalu, bus yang mengantar kami dari Hiroshima ke Okayama berusaha cepat-cepat dipacu menyusuri jalan tanjakan berliku di kawasan pegunungan Washuzan. Bus harus sampai sebelum hari gelap. Targetnya ternyata melihat matahari terbenam menuju peraduan. Penasaran juga ingin membuktikan promosi ”to see sunset” di Washuzan Observatory.

Apa bedanya menyaksikan matahari terbenam di Washuzan dengan daerah lain, ya?
Semula agak skeptis karena di Indonesia pun pemandangan matahari terbenam tidaklah kalah indah, terutama saat berpelesir ke pantai-pantai. Ternyata memang beda. Akhirnya, saya mengakui omongan Yoshino, pemandu perjalanan, yang buru-buru ingin sampai di Washuzan sebelum malam tiba.

Ternyata pula yang ”dijual” bukanlah sekadar detik-detik matahari terbenam, melainkan pemandangan indah siluet bentangan jembatan yang disinari cahaya senja saat matahari terbenam. Dari Washuzan, kawasan pegunungan itu, memang paling pas menyaksikan matahari terbenam. Dari situ kita bisa menyaksikan hasil karya monumental manusia berpadu dengan lanskap alam: bentangan Jembatan Seto-Ohashi sepanjang 13,1 kilometer yang terlihat indah pada kala senja.

Malam harinya dari jendela Hotel Washu Highland, tempat saya menginap, saya masih melihat keindahan jembatan diterangi lampu-lampu sebelum beristirahat di atas tatami….

Jembatan Seto-Ohashi adalah megaproyek. Manusia memang telah banyak menghasilkan karya monumental, sebut saja Tembok Besar di Tiongkok, Piramida di Mesir, atau Borobudur di Indonesia. Tak heran Jepang juga sangat membanggakan Jembatan Seto-Ohashi. Kenji Chida, misalnya, menulis di japantravel.com (2011), ”Pertama kali saya melihat dengan mata saya sendiri, rasanya seperti adegan di film Gladiator ketika para prajurit datang ke Roma untuk pertama kalinya dan mengatakan, ’Saya tidak tahu manusia bisa membangun hal-hal seperti ini’.”

Jembatan tol dan jalur kereta

Jembatan Seto-Ohashi menghubungkan dua pulau besar di Jepang, yaitu daerah Kojima di Prefektur Okayama, Pulau Honshu, dan daerah Sakaide di Prefektur Kagawa, Pulau Shikoku. Namun, di antara dua pulau itu, Jembatan Seto-Ohashi juga menancapkan fondasinya di lima pulau yang tersebar di Laut Dalam Seto, yakni Hitsuishi-jima, Iwaguro-jima, Wasa-jima, Yo-shima, dan Mitsugo-jima. Jembatan itu mirip Jembatan Barelang (Batam-Rempang-Galang) yang dibangun tahun 1992-1998 atas prakarsa BJ Habibie saat pengembangan Otorita Batam. Bentangan jembatan Barelang itu menghubungkan tujuh pulau: Batam-Tonton-Nipah-Setoko-Rempang-Galang-Galang Baru.

Spot teropong. (Foto: Subhan SD)

Hanya saja, bentangan Jembatan Barelang jauh lebih pendek, yaitu 2.264 meter, dan terpotong-potong menjadi enam jembatan yang tersambung dengan tujuh pulau itu. Sebaliknya, Jembatan Seto-Ohashi merupakan bentangan satu jembatan panjang dan menggunakan pulau sebagai fondasinya. Tetapi, tetap ada potongan enam jembatan yang menghubungkan antarpulau itu. Selain itu, di Barelang hanya satu jembatan model cable stayed, yaitu jembatan penghubung Pulau Batam dan Pulau Tonton. Sementara Jembatan Seto-Ohashi hampir seluruhnya model cable stayed. Walaupun secara komparasi global Jembatan Seto-Ohashi lebih unggul, dalam hati tetap mengatakan bahwa kita memiliki jembatan yang mirip dengan Jepang yang memiliki teknologi canggih.

Jembatan Seto-Ohashi ini merupakan jembatan double decker: bagian atas merupakan jalur bebas hambatan alias tol (expressway) dan bagian bawah merupakan jalur kereta api (railway) Shinkansen. Jembatan Seto-Ohashi ini adalah satu dari tiga jembatan yang menghubungkan Pulau Honshu dan Shikoku. Dua jembatan lain ada di bagian barat dan timur. Di barat adalah jembatan Shimanami Kaidō yang menghubungkan Prefektur Hiroshima (Honshu) dan Prefektur Ehime (Shikoku). Di bagian timur adalah jembatan Naruto Ohashi-Akashi Kaikyo yang melintasi Pulau Awaji, tempat jembatan-jembatan itu menghubungkan Prefektur Hyogo di Honshu dan Prefektur Tokushima di Shikoku.

Akan tetapi, hanya Jembatan Seto-Ohashi yang dilengkapi jalur kereta api. Dengan akses Jembatan Seto-Ohashi, jarak tempuh di antara kedua pulau itu menjadi lebih singkat, yaitu kira-kira 20 menit. Sebelumnya menggunakan kapal feri rata-rata waktu tempuh 1 jam perjalanan.

Belajar dari bencana

Senja di Washuzan. (Foto: Subhan SD)

Jembatan Seto-Ohashi mulai dibangun tahun 1978 dan mulai beroperasi tahun 1988 serta memiliki ketinggian 200 meter dari permukaan laut. Sebetulnya rencana pembangunan jembatan itu sudah lama, tetapi tertunda puluhan tahun. Bencana kapal feri Shiun Maru yang bertabrakan dengan kapal Ukon Maru di lepas pantai Takamatsu di Laut Dalam Seto pada 11 Mei 1955 tampaknya menjadi pemantik kembali yang mempercepat realisasi pembangunan jembatan itu. Dalam peristiwa naas itu dilaporkan 171 orang tewas, sekitar 100 orang di antaranya anak sekolah yang tengah menikmati karya wisata.

Bencana kapal feri itu menyadarkan kembali pentingnya keamanan dan keselamatan dalam sektor transportasi. Berapa pun biaya yang dibutuhkan menjadi tidak penting lagi. Pada akhirnya, jembatan besar Seto-Ohashi menjadi sangat vital. Sekarang kita juga menyaksikan keindahannya, termasuk menikmati panorama Taman Nasional Setonaikai yang terdiri atas daerah Laut Dalam Seto dan memiliki sekitar 3.000 pulau. Taman nasional yang ditetapkan pada 1934 itu memiliki luas 66.934 hektar yang tersebar di 10 prefektur. Sungguh panorama yang tak boleh dilewatkan.

”Siang hari jembatan sangat mengesankan dengan laut yang elegan dan malam hari diterangi lampu seperti landasan pacu untuk Shikoku atau naga dengan kakinya setengah terendam di laut. Jadi, jangan lupa kamera Anda!” tulis Kenji Chida. Saya beruntung bisa menyaksikan keindahan siluet Jembatan Seto-Ohashi di bawah sinar matahari senja sore itu. Malam harinya dari jendela Hotel Washu Highland, tempat saya menginap, saya masih melihat keindahan jembatan diterangi lampu-lampu sebelum beristirahat di atas tatami….

Kompas.com/Kompas.web, Rabu, 15 Juli 2015, CATATAN DARI JEPANG