subhan.esde@yahoo.com

Ulama-ulama Oposan

Subhan SD, 2000, Ulama-ulama Oposan, Pengantar KH Mustofa Bisri, Bandung, Penerbit Pustaka Hidayah, 198 halaman

Subhan mungkin prihatin melihat langkanya ulama masa kini yang berani mengemban dan menjalankan peran “kenabian dan kerasulan” seperti menegakkan kebenaran, membela kaum lemah, mengawani umat, dan menebarkan rahmat

KH Mustofa Bisri

Al-Ghazali, seorang pemikir besar Islam, pernah memberikan wejangan menarik untuk para ulama. Dalam kata-kata yang lugas, pemikir besar itu mengatakan, ulama seharusnya mampu menciptakan jarak dengan penguasa (umara). Ulama yang baik akan lurus, kata al-Ghazali, tidak pernah berniat mendatangi para penguasa atau pemerintah/birokrat selama ada celah untuk menghindarinya.

Al-Ghazali lantas menyitir hadits Nabi Muhammad saw yang berbunyi, “Ulama yang paling buruk adalah ulama yang suka mengunjungi penguasa, sementara penguasa yang paling baik adalah yang sering mengunjungi ulama”.

Buku Ulama-ulama Oposan ini mengulas empat sosok ulama besar Indonesia yang dikenal memiliki pandangan dan sikap tegas, kritis, mbalelo, dan oposan. Mereka adalah Syekh Haji Rasul atau Haji Abdul Karim Amrullah, Ustadz Ahmad Hassan, KH Zainal Mustofa, dan KH Isa Anshary. Haji Rasul yang juga ayah Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) adalah ulama besar kelahiran Minangkabau, pelopor kaum muda yang lebih modern, tokoh Muhammadiyah di Sumatera. Ia terkenal tegas terhadap penjajah Belanda maupun Jepang. Salah satu sikapnya yang tegas adalah menolak penghormatan membungkuk (seikerei) kepada Kaisar Jepang. 

Ulama kedua adalah Ustadz Ahmad Hassan yakni tokoh Persis yang selalu kritis, baik tulisan maupun ceramahnya, bahkan saat masih di tempat kelahirannya di singapura. Ia merupakan tokoh ulama yang kritis dan menjadi tokoh pendebat ulung, terutama dalam pemikiran Islam. Bahkan Bung Karno belajar soal Islam pada A Hassan atau kerap dipanggil Hassan Bandung melalui korespondensi surat menyurat ketika Bung Karno diasingkan di Ende, Flores, sekitar dekade 1930-an.

Ulama ketiga adalah KH Zainal Mustofa. Ia adalah ulama NU yang memgasuh pondok pesantren Sukamanah, Tasikmalaya. Dalam sejarah perlawanan bangsa, nama KH Zainal Mustofa tak asing lagi. Ia adalah pahlawan bangsa yang menggelorakan semangat sekaligus memimpin rakyat untuk melawan penjajah Jepang. Ia dikenal tokoh dalam peristiwa pemberontakam Sukamanah tahun 1944. KH Zainal Mustofa ditangkap dengan para pemgikutnya dan diangkut ke Jakarta. Nasibnya tak tentu rimba. Sampai 26 tahun kemudian baru diketahui KH Zainal Mustofa ditembak mati.

Tokoh keempat adalah KH Isa Anshary. Ia adalah ulama Persis tetapi sekaligus politikus Masyumi. Pada awal-awal kemerdekaan, namanya begitu populer mulai soal syariat Islam dan pembentukan front antikomunis.

1 thought on “Ulama-ulama Oposan”

Comments are closed.