subhan.esde@yahoo.com

Bangsa Mati di Tangan Politikus: Perilaku Politik Zaman Now

s

M Subhan SD, 2019, Bangsa Mati di  Tangan  Politikus:  Perilaku Politik Zaman Now, Pengantar: Prof Dr Azyumardi Azra dan Budiman Tanuredjo, Jakarta, Penerbit Buku Kompas, xxiii + 360 halaman

Demokrasi Indonesia memang sudah sampai pada titik yang tidak bisa dimundurkan lagi (point of no return), tetapi jika praktik budaya dan perilaku politik yang berlaku selama ini tetap berlangsung, boleh jadi “bangsa ini mati di tangan politikus”

Prof Dr Azyumardi Azra

Demokrasi bergerak liar. Kebebasan hampir tiada berbatas lagi. Orang berlomba-lomba bersuara paling keras. Era digital malah membuat kekalapan baru yaitu bermedia sosial yang begitu bersemangat hingga melupakan etika. Media sosial bukan menjadi saranan untuk saling mempereat kohesi sosial, melainkan justru berwatak asosial, yakni dipenuhi sinisme, agitasi, benci, yang mengancam integrasi sosial. Banyak elite politik yang tidak menyebarkan kesejukan, tetapi justru menjadi kompor yang memanas-manasi.

Tontonan demokrasi lebih banyak mengumbar syahwat berburu kekuasaan. dulu diberantas dalam gelombang reformasi, malah tumbuh cepat bak cendawan di musim hujan: korupsi. Malah terus merajalela. Seluruh pemegang kekuasaan dalam trias politika nyaris tak bersih lagi: eksekutif, legislatif,dan yudikatif. Korupsi ibarat kanker yang meracuni seluruh aliran darah bangsa. Juga praktik nepotisme benar-benar dilakukan secara terbuka. banyak jabatan publik di bagi-bagi di seputaran pasangan sumi-istri, orangtua-anak, serta hubungan keluarga dan kekerabatan lainnya.

Kata banyak orang, demokrasi sudah kebablasan. Maka, kesadaran baru sangat penting agar bangsa ini tidak terjun bebas ke dalam jurang. Bahwa berpolitik dengan demokrasi yang makin kokoh seharusnya menumbuhkan watak, perilaku, dan iktiar untuk kepentingan publik agar Republik ini semakin kuat sebagaimana ditanamkan oleh para pendiri bangsa di masa silam. Di politik, yang namnya kekuasaan sejatinya adalah alat untuk mengabdi pada masyarakat, bukan cuma memerintah apalagi sampai mengelabui masyarakat. Berpolitiklah secara bersih, sehat, santun, penuh keadaban.

Maka, menurut Profesor Azyumardi Azra, penguatan kultur dan perilaku politik demokrasi, seperti dibaca dalam karya Subhan ini, jelas adalah agenda yang selama ini terabaikan. Proses-proses politik yang terjadi memang kian demokratis — bahkan sebagian orang menyebut terlalu banyak demokrasi, tetapi budaya politiik demokrasi tidak kunjung menguat. Demokrasi Indonesia memang sudah sampai pada titik yang tidak bisa dimundurkan lagi (point of no return), tetapi jika praktik budaya dan perilaku politik yang berlaku selama ini tetap berlangsung, boleh jadi “bangsa ini mati di tangan politikus”.